Tuesday, 17 February 2009

Soekarno, Perjalanan Bung Karno ke Uni Soviet (II)

S
oekarno, Perjalanan Bung Karno ke Uni Soviet sesi 2, Pada tanggal 29 Agustus Presiden Soekarno mengunjungi K.J. Worosjilov, Ketua Presedium Sovjet tertinggi URSS. Dan juga pada tanggal yang sama lawatan Presiden Soekarno diterima oleh Ketua Dewan Menteri URSS. N.A. Bulganin, resepsi ini dihadiri oleh Menteri Luar Negeri URSS. D.T. Sjepilov dan Duta besar luar biasa dan berkuasa penuh di URSS di Indonesia, D.A. Zjukov.

Selama kunjungannya di Moskow, Bung Karno mengunjungi pabrik pesawat terbang untuk penumpang, penyambutan yang luar biasa terjadi pula di pabrik ini.

Di Leningrad, artikel – artikel, feature – feature dan tulisan – tulisan lain tentang Indonesia mendapat tempat yang penting dalam pers Leningrad. Presiden Soekarno disambut dengan mengisi balai – balai musium dengan seribu macam barang untuk dipamerkan. Barang – barang tersebut memberikan gambaran perjalanan bangsa Indonesia dari jaman purbakala hingga saat itu.

Ketika kereta Presiden Soekarno dari Moskow sudah hampir tiba, jalan – jalan disekitarkan penuh sesak oleh ribuan rakyat Leningrad. Disambut dengan bendera Indonesia, URSS dan RFSFR. ” Selamat datang, tamu – tamu tercinta dari Indonesia”, begitulah sambutan yang diberikan dengan bahasa Indonesia dan Rusia, banyak pula yang membawa gambar Dr. Soekarno.

Di Leningrad, Presiden Soekarno melanjutkan lawatannya ke pabrik mesin – mesin. Banyak buruh – buruh pekerja tetap tinggal didalam pabrik walaupun dalam jam istirahat mereka untuk menyambut kedatangan tamu jauh mereka dari Indonesia. Di dalam pabrik tersebut diadakan rapat umum yang dibuka oleh Tichomirov sebagai ketua komite serikat buruh pabrik. Terdapat Dimitriev, seorang tukang gambar yang cakap dan terkenal sebagai seorang tukang penemu – penemu baru, dia mengatasnamakan para insinyur, ahli – ahli teknik dari pabrik itu menyambut tamu agung dari Indonesia.

Pada saat Presiden Soekarno hendak tampil ingin berbicara di podium, terdengarlah gemuruh sambutan yang diberikan. Presiden Soekarno berkata : ” Saudara – saudara menyebut saya sebagai Paduka tuan, akan tetapi oleh karena hati saya meluap – meluap dengan rasa cinta dan terima kasih saya minta saudara – saudara untuk tidak menyebut saya demikian, sebutlah saya Bung Karno.” Disambut oleh tepuk tangan yang gemuruh. Dilanjutkan ” Di negara saya sendiri saya disebut Bung Karno, dan saya menyebut orang – orang sebangsa saya ”saudara”. Perkenankanlah saya menyebut saudara demikian pula. Saya merasa gembira untuk berada di sini di tengah – tengah saudara. Tidak saja karena persesuaian jiwa kita, akan tetapi juga karena saya adalah seorang insyinyur, seorang ahli teknik, dan oleh karenanya saya menginsyafi arti yang besar dari teknik untuk membangunkan masyarakat yang baru yang damai dan makmur”.

Pada kenyataannya, revolusi politik di Indonesia masih belum selesai, walaupun masih ada wilayah Indonesia yaitu Irian Barat yang belum bebas dari jajahan, Indonesia sedang bekerja untuk mencapai masyarakat bahagia dan makmur. Melalui perjuangan dan persatuan, Indonesia akan membebaskan seluruh wilayahnya dari jajahannya. Dalam pidatonya Presiden Soekarno berkata “ Di Indonesia, pejoang – pejoang, orang – orang revolusioner, kawan – kawan saling memberi salam dengan kata – kata “Merdeka!”, Merdeka adalah cita – cita kami dan cita – cita saudara. Dan saya minta kepada saudara – saudara untu bersama – sama dengan saya memekikkan “Merdeka” lima kali”.

Ketika Presiden Soekarno menyelesaikan pidatonya, ketua komite buruh memberikan tanda mata berupa sebuah model dari nikkel yang mengkilap diambil dari rotor turbin air Kuibysjev. Sealam kunjungannya di Leningrad, rombongan Presiden Soekarno telah meinjau Petrodworets, sebuah istana besar peninggalan arsitektur Rusia abad ke 18. Tempat ini telah menjadi objek tamasya, tiap harinya datang beratus – ratus pengunjung.

Di Swerdlovsk, radio – radio setempat memberitahu bahwa para duta dari Indonesia akan hadir. Hari Minggu di siang hari, jalan – jalan menuju lapangan terbang sesak dengan manusia, ribuan orang berdiri menyambut tamu dari Indonesia dengan bendera – bendera Republik Indonesia, Sovjet Uni dan Federal Rusia.

Kunjungan singkat ini, dalam perpisahannya yang didatangi oleh ribuan orang beliau berkata “ Kami hendak meninggalkan kota saudara, dengan diperkaya oleh pengalaman dan pengetahuan. Pengalaman dan pengetahuan ini letaknya tidak saja pada apa yang telah kami lihat disini tentang pekerjaan saudara untuk membangunkan negara. Disini kami tak akan melupakannya”. Sebagai penutup “ Berbahagialah saudara – saudara. Kita jauh dimata, tapi dekat di hati.”

Di Tasjkent, merupakan tempat kedudukan Dewan Agama Islam untuk Asia Tengah dan Kazachstan yang diketuai oleh Mufti Isjan Babachan ibn Abdulmadjitchan. Terdapat 16 buah masjid besar dan 25 buah masjid lokal, pada hari pertamanya di sini, Presiden Soekarno menjalankan sembahyang di masjid pusat Sjeich – Tillja.

Sebuah rapat raksasa dilakukan di kota Tasjkent yang merupakan ibukota dari Uzbekistan, lebih dari 75000 orang datang ke stadion “Pachtakor”. Dalam pidatonya beliau berkata “Kami di Indonesia mempunyai orang – orang yang menganut kepercayaan yang sangat berbeda – beda, kami mempunyai orang – orang Islam, orang – orang Kristen, penganut agama Budha, akan tetapi rakyat Indonesia merasa bahwa mereka itu merupakan bangsa yang bersatu dan rakyat Indonesia saling memberi salam dengan kata – kata : Merdeka!”

“Saya berterimakasih pada saudara – saudara, atas segala bunga – bunga yang telah diberikan kepada delegasi atas bunga mawar yang banyak sekali. Bunga – bunga ini merupakan pernyataan dari persahabatan saudara bagi rakyat Indonesia. Saya berterima kasih atas mata saudara bersinar – Indonesia. Saya berterimakasih pada saudara atas semangat persahabatan yang hidup didalam siapa saja yang hadir disini.”

“Saudara – saudara, Tasjkent banyak sekali persamaannya dengan kota – kota di Indonesia. Iklimnya sama dengan di Indonesia, langitnya sama jernihnya sebagai dinegeri kami sendiri, panasnya sama dan pohon – pohonnya sama. Gedung – gedung di Tasjkent juga mengingatkan pada gedung – gedung di banyak kota di Indonesia. Akan tetapi apa yang paling penting, rakyat Indonesia memiliki persamaan denga rakyat saudara. Dan oleh karena itu, meskipun Tasjkent terpisah dengan rakyat saudara. Dan oleh karena itu, meskipun Tasjkent terpisah sejauh beribu – ribu mil dari negeri kami, meskipun dipisahkan dari negara kami oleh lautan – lautan yang tak terhingga, dataran – dataran yang tak kenal batas dan gunung – gunung, kami semua merasa seperti dirumah sendiri disini, ditengah – tengah keluarga kami sendiri seolah – olah.”

“Saudara, saudara – saudara disini telah menyambut kami dengan pernyataan – pernyataan cinta dan pekikan – pekikan yang keras, apakah saya bertanya, yang menjadi pendorongnya ? Apakah karena kedatangan ke negeri saudara seorang yang namanya Soekarno ? Jawab saya adalah bukan, bukan karena datangnya disni seorang yang namanya Soekarno atau Bung Karno, sebagai yang saudara katakan kaka Karno. Kegembiraan saudara bukan karena kedatangan saya. Kegembiraan, kecintaan dan persahabatan saudara menyatakan perasaan saudara untuk rakyat Indonesia seluruhnya dan tidak untuk salah satu individu.”

”Untuk itu semua saya mengucapkan terimakasih secara tulus ikhlas. Akan tetapi seandainya saya ditanya setelah berfikir sebentar apakah salam ini benar – benar ditujukan kepada rakyat Indonesia, saya akan menjawab bahwa salam saudara disini tidak ditujukan pada rakyat Indonesia, akan tetapi pada suatu cita – cita tentang persamaan dan perdamaian.”

”Di Indonesia, pemuda merupakan harapan bangsa kami. Hal itu demikian pula dengan pemuda saudara, dengan pemuda Sovjet Uni. Itulah sebabnya mengapa saja hari ini telah berkata dalam Lembaga Paeagogi bahwa pemuda semua negara harus berjoang bersama – sama untuk ide ko – eksistensi secara perdamaian antara semua negara, untuk perdamaian diseluruh dunia.”

”Saya datang kemari sebagai seorang wakil dari rakyat Indonesia, dan sebagai wakil dari rakyat Indonesia saja berseru kepada semua bangsa di Utara dan di Selatan, di Barat dan Timur. Saya berserukepada semua bangsa, tak pandang warna kulitnya, putih atau hitam, kuning atu coklat, marilah kita semua bekerjasama, saudara – saudara, marilah kita semua bekerja bersama untuk perdamaian. Saya berseru kepada banga – bangsa seluruh dunia untuk bekerja bersama dan berjoang bersama untuk perdamaian yang kekal.”

”Oleh karena saya menjadi merasa sangat gembira bahwa saling hormat – menghormati dan persahabatan hidup antara rakyat – rakyat kita, antara rakyat Indonesia dan rakyat Sovjet Uni. Saya meminta pada saudara semua untuk didalam hati berkata : Hidup persahabatan antara rakyat semua negara. Hidup saling hormat – menghormati antara semua bangsa! Hidup untuk dunia baru!” Di akhir pidatonya, Presiden Soekarno meyakinkan bahwa persahabatan Indonesia dan Sovjet Uni akan hidup selama – lamanya.

Sebuah moment yang tidak kalah penting adalah pada saat kunjungannya di Tasjkent, sebuah keluarga merayakan kelahiran bayi wanita, dan meminta nama untuk bayinya tersebut ke Bung Karno. Bung Karno memberikan nama bayi tersebut ”Julduz” yang berarti bintang.

Begitulah perjalana Presiden Soekarno di Uzbekistan. Akan saya lanjutkan pada artikel selanjuntya.


M. Arief Gustianto

No comments: